.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
Kualitas : PPV
Subtitle : Indonesia / English
122 min - Crime | Drama | Romance - 10 December 2010
Stars : Russell Crowe, Elizabeth Banks and Liam Neeson
Detail : IMDb
Seberapa jauh anda akan bertindak demi melindungi orang yang paling anda cintai? John Brennan (Russell Crowe) melakukannya jauh di luar batas-batas normal yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Ya, pria yang juga berprofesi sebagai guru ini berencana untuk mengeluarkan istri tercintanya dari penjara, dengan cara apapun.
Subtitle : Indonesia / English
122 min - Crime | Drama | Romance - 10 December 2010
Stars : Russell Crowe, Elizabeth Banks and Liam Neeson
Detail : IMDb
Seberapa jauh anda akan bertindak demi melindungi orang yang paling anda cintai? John Brennan (Russell Crowe) melakukannya jauh di luar batas-batas normal yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Ya, pria yang juga berprofesi sebagai guru ini berencana untuk mengeluarkan istri tercintanya dari penjara, dengan cara apapun.
Mari kita kembali ke tiga tahun sebelumnya, dimana dalam sekejap kehidupan normal pasangan suami istri John dan Lara Brennan (Elizabeth Banks) hancur berantakan ketika sekelompok polisi mendadak menyerbu kediaman mereka kemudian menangkap Lara dengan tuduhan pembunuhan terhadap atasannya.
John sangat yakin bahwa sang istri tidak melakukan tindakan keji tersebut, dan selama tiga tahun kedepan Ia dan pengacaranya berusaha mengeluarkan Lara dengan cara-cara ‘lurus’ yang sayangnya tidak pernah membuahkan hasil, hingga puncaknya disaat banding terakhir ditolak dan membuat Lara harus mendekam di balik terali besi dalam waktu yang sangat lama membuat Jhonn yang putus asa pun kemudian mengambil tindakan super nekat. Jika hukum tidak bisa lagi diandalkan, maka ia sendirilah yang akan membawa pulang kembali istrinya, dengan atau tanpa persetujuan pihak berwenang.
Saya sendiri belum pernah menonton versi Perancisnya yang juga menjadi versi aslinya, Pour Elle (Anything for Her), jadi saya tidak perlu repot-repot membandingkan kedua film ini nantinya, yang pasti saya menyukai bagaimana Paul Haggis meenghadirkan The Next Three days dengan baik sehingga mampu menjadi sugguhan thriller dengan kombinasi drama yang menarik. Walaupun harus diakui naskahnya sendiri tidak sekuat Million Dollar Baby ataupun Crash, cenderung cheesy malahan, namun selama saya terhibur, hal tersebut bukan lagi menjadi masalah besar.
Yang perlu diingat adalah bahwa The Next Three Days bukanlah tipikal thriller murni, namun terdapat unsur dramanya yang cukup kental, jadi anda tidak perlu protes jika di paruh awal film ini Haggis menghadirkannya dengan tempo cukup lambat yang mungkin akan terasa membosankan bagi sebagian penontonnya. Ya, selama 1 jam awal kita akan disugguhkan berbagai usaha yang dilakukan John dalam merancang sebuah pelarian sempurna yang disajikan dengan detil oleh Haggis. Dan menjadi semakin menarik karena karakter utama disini bukanlah seorang agen rahasia, atapun polisi terlatih yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal nekat tersebut, John hanya seorang warga sipil biasa, seorang guru, seorang suami sekaligus ayah dari satu putra yang sedang putus asa. Jadi begitu mengasyikan selama 1 jam pertama melihat John mempersiapkan segalanya dengan sangat ‘manusiawi’, seperti salah satunya yang menarik dengan belajar membuat kunci palsu atau membuka pintu mobil dari Youtube. Karena hanya orang biasa, tidak jarang John juga berbuat kesalahan-kesalahan yang nyaris berakibat fatal bagi dirinya dan juga orang lain.
Memasuki paruh kedua, disaat John mulai mengeksekusi rencananya menjadi titik puncak dari The Next Three Days. Disini Haggis kemudian menggeber tensi menjadi lebih dua kali lebih tinggi dan lebih cepat yang disertai momen-momen seru pengenjot andrenalin plus dukungan scoring mumpuni dari Danny Elfman menjadikan paruh akhir ini menjadi menegangkan, tak lupa juga Haggis menyelipkan kejutan-kejutan kecil didalamnya yang mengakibatkan adegan-adegan adu pintar dan ‘kucing-kucingan’ antara John dan Lara dengan pihak polisi menjadi semakin menarik. Namun sedikit disayangkan, karena pada akhirnya sosok Jhonn digambarkan tidak konseisten. John menjadi terlalu superior, terlalu jenius dan terlalu beruntung, jauh dari sosok pria biasa yang digambarkan di awal-awal cerita.
Tak pelak lagi dipasangnya Russell Crowe sebagai karakter utama jelas menjadi salah satu daya pikat dari The Next Three Days. Untuk kualitas akting tidak usah diragukan lagi, Crowe adalah ‘bunglon’, aktor asal Australia kaliber Oscar satu ini selalu mampu menyesuaikan dengan peran dimanapun ia bermain, termasuk disini. Crowe sukses menghidupkan karakter John sebagai sosok suami sekaligus seorang ayah yang putus asa, terlihat rapuh diluar namun kuat didalam, walaupun sedikit disayangkan tidak adanya chemistry yang kuat antara dirinya dan Elizabeth Banks menjadi salah satu titik lemah film berbudget 30 juta Dollar ini. Jangan lewatkan juga penampilan Liam Nesson, meskipun hanya kebagian peran kecil, namun kehadirannya menjadi penting karena berkat andilnyalah membuat John berani melakukan segala tindakan nekatnya.
Paul Haggis lewat tangan dinginnya sekali lagi membuktikan bahwa ia memang sutradara yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Meskipun terkesan cheesy dan terlalu ‘popcorn’ dibanding karya-karyanya yang lain, setidaknya The Next Three Days sudah sukses menjalankan tugasnya sebagai sebuah drama trhiller yang mampu menghibur penontonnya, khususnya saya dari awal hingga akhir.
John sangat yakin bahwa sang istri tidak melakukan tindakan keji tersebut, dan selama tiga tahun kedepan Ia dan pengacaranya berusaha mengeluarkan Lara dengan cara-cara ‘lurus’ yang sayangnya tidak pernah membuahkan hasil, hingga puncaknya disaat banding terakhir ditolak dan membuat Lara harus mendekam di balik terali besi dalam waktu yang sangat lama membuat Jhonn yang putus asa pun kemudian mengambil tindakan super nekat. Jika hukum tidak bisa lagi diandalkan, maka ia sendirilah yang akan membawa pulang kembali istrinya, dengan atau tanpa persetujuan pihak berwenang.
Saya sendiri belum pernah menonton versi Perancisnya yang juga menjadi versi aslinya, Pour Elle (Anything for Her), jadi saya tidak perlu repot-repot membandingkan kedua film ini nantinya, yang pasti saya menyukai bagaimana Paul Haggis meenghadirkan The Next Three days dengan baik sehingga mampu menjadi sugguhan thriller dengan kombinasi drama yang menarik. Walaupun harus diakui naskahnya sendiri tidak sekuat Million Dollar Baby ataupun Crash, cenderung cheesy malahan, namun selama saya terhibur, hal tersebut bukan lagi menjadi masalah besar.
Yang perlu diingat adalah bahwa The Next Three Days bukanlah tipikal thriller murni, namun terdapat unsur dramanya yang cukup kental, jadi anda tidak perlu protes jika di paruh awal film ini Haggis menghadirkannya dengan tempo cukup lambat yang mungkin akan terasa membosankan bagi sebagian penontonnya. Ya, selama 1 jam awal kita akan disugguhkan berbagai usaha yang dilakukan John dalam merancang sebuah pelarian sempurna yang disajikan dengan detil oleh Haggis. Dan menjadi semakin menarik karena karakter utama disini bukanlah seorang agen rahasia, atapun polisi terlatih yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal nekat tersebut, John hanya seorang warga sipil biasa, seorang guru, seorang suami sekaligus ayah dari satu putra yang sedang putus asa. Jadi begitu mengasyikan selama 1 jam pertama melihat John mempersiapkan segalanya dengan sangat ‘manusiawi’, seperti salah satunya yang menarik dengan belajar membuat kunci palsu atau membuka pintu mobil dari Youtube. Karena hanya orang biasa, tidak jarang John juga berbuat kesalahan-kesalahan yang nyaris berakibat fatal bagi dirinya dan juga orang lain.
Memasuki paruh kedua, disaat John mulai mengeksekusi rencananya menjadi titik puncak dari The Next Three Days. Disini Haggis kemudian menggeber tensi menjadi lebih dua kali lebih tinggi dan lebih cepat yang disertai momen-momen seru pengenjot andrenalin plus dukungan scoring mumpuni dari Danny Elfman menjadikan paruh akhir ini menjadi menegangkan, tak lupa juga Haggis menyelipkan kejutan-kejutan kecil didalamnya yang mengakibatkan adegan-adegan adu pintar dan ‘kucing-kucingan’ antara John dan Lara dengan pihak polisi menjadi semakin menarik. Namun sedikit disayangkan, karena pada akhirnya sosok Jhonn digambarkan tidak konseisten. John menjadi terlalu superior, terlalu jenius dan terlalu beruntung, jauh dari sosok pria biasa yang digambarkan di awal-awal cerita.
Tak pelak lagi dipasangnya Russell Crowe sebagai karakter utama jelas menjadi salah satu daya pikat dari The Next Three Days. Untuk kualitas akting tidak usah diragukan lagi, Crowe adalah ‘bunglon’, aktor asal Australia kaliber Oscar satu ini selalu mampu menyesuaikan dengan peran dimanapun ia bermain, termasuk disini. Crowe sukses menghidupkan karakter John sebagai sosok suami sekaligus seorang ayah yang putus asa, terlihat rapuh diluar namun kuat didalam, walaupun sedikit disayangkan tidak adanya chemistry yang kuat antara dirinya dan Elizabeth Banks menjadi salah satu titik lemah film berbudget 30 juta Dollar ini. Jangan lewatkan juga penampilan Liam Nesson, meskipun hanya kebagian peran kecil, namun kehadirannya menjadi penting karena berkat andilnyalah membuat John berani melakukan segala tindakan nekatnya.
Paul Haggis lewat tangan dinginnya sekali lagi membuktikan bahwa ia memang sutradara yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Meskipun terkesan cheesy dan terlalu ‘popcorn’ dibanding karya-karyanya yang lain, setidaknya The Next Three Days sudah sukses menjalankan tugasnya sebagai sebuah drama trhiller yang mampu menghibur penontonnya, khususnya saya dari awal hingga akhir.
Comments, questions, feedback... whatever ! :
0 comments to “The Next Three Days (2010)”
Post a Comment